Oleh : Nuansa Garini
Lahir dengan nama Abu Abd al-Mu’ti
Muhammad ibn Umar Al-Tahara Al-Jawi Al Bantani, anak kiyai haji Umar keturunan
ke 12 Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Beliau dikirim oleh ayahnya
ke berbagai pesantren sejak umurnya delapan tahun, pergi haji di umur lima
belas tahun, kemudian belajar di Makkah selama tiga tahun sebelum kembalinya ke
Indonesia guna berjihad.
Diantara guru yang berpengaruh
adalah Syekh Yusuf Sumbulawaini, Syekh Ahmad An-Nahrowy, Syekh Abdul Hamid Al-Daqistany,
lalu ada juga Syekh-Syekh lainnya yang berpengaruh semasa ia belajar di Madinah
seperti Khotib Duma Al-Hambali. Dengan bekal dan bimbingan para ulama Makkah
dan Madinah, serta dari rihlah ilmiyahnya ke Mesir dan Syria inilah ia
memiliki perbendaharaan ilmu pengetahuan kegamaan yang memadai dan kemudian
menjadi pengajar di lingkungan Masjidil Haram.
Beliau memiliki banyak murid, mereka meiliki peran penting terrhadap
Indonesia, seperti KH. Ahmad Dahlan (pelopor Muhammadiyyah), KH. Hasyim Asy’ary (pendiri NU dan Pon-Pes Tebu Ireng), KH. Arsyad Thawil
(yang di buang Belanda ke Manado karena peristiwa gugur Cilegon), dan lain-lain.
Syekh Nawawi juga giat menulis buku. Ia termasuk penulis yang
melahirkan banyak karya, juga banyak menulis kitab tentang persoalan agama. Paling tidak, ada 34 karya Syekh Nawawi tercatat dalam
Dictionary of Arabic Printed Books karya Yusuf. Beberapa kalangan bahkan
menyebutkan bahwa Syekh Nawawi telah menulis lebih dari 100 judul buku dari
berbagai disiplin ilmu. Sebagian karya Syekh Nawawi diterbitkan di Timur
Tengah. Dengan karya-karyanya ini, ia ditempatkan sebagai Sayyid Ulama Hijaz
hingga kini. Selanjutnya, kitab-kitabnya itu menjadi bagian dari kurikulum
pendidikan agama di seluruh pesantren di Indonesia, bahkan di Malaysia,
Filipina, Thailand, dan juga di Timur Tengah.
Karya-karya
Syekh Nawawi memang sangat berpengaruh
bagi pendidikan pesantren. Sampai tahun 1990, diperkirakan terdapat 22 judul
tulisan beliau yang masih dipergunakan di
pesantren. Selain itu, 11 karya populer lainnya sering digunakan sebagai kajian
di pesantren-pesantren. Maka dari itu beliau mendapat gelar tokoh kitab kuning.
Tidak ada komentar: