“Maka barangsiapa bertaubat sesudah melakukan
kejahatan itu, dan memperbaiki diri, sesungguhnya Allah menerima taubatnya,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Maidah 39)
Ayat al-Maidah di atas mengambarkan betapa
mulia dan penyayangnya Allah SWT kepada setiap hamba-Nya. Yaitu, barangsiapa
pernah melakukan kekhilafan maka Allah SWT akan mengampuninya jika ia bertaubat
dan memperbaiki diri. Salah satu bentuk taubat adalah istighfar; memohon
ampun kepada Allah SWT atas segala dosa,
kesalahan, maksiat, yang dilakukan selama ini disengaja maupun tidak disengaja.
Kekhilafan itu sendiri terjadi karena besarnya hawa
nafsunya manusia yang cenderung lalai dan berbuat maksiat. Ketika ia (hawa
nafsu) tidak dikontrol maka selamanya manusia alam terjerumus dalam dosa. Maka
ketika manusia berbuat dosa bersegeralah bertaubat dan beristighfar agar Allah
SWT mengampuni dosa-dosanya.
Definisi istighfasr itu sendiri menurut Al-Raghib
al-Asfahani ia adalah “Meminta (ampun) disertai ucapan dan perbuatan, bukan
hanya sekedar dengan lisan semata.” Oleh karena itu Imam Ghazali pernah
berkata, “Yang termasuk taubatnya pendusta adalah istighfar yang hanya di lisan
saja tetapi hatinya tidak ikut serta. Karena hatinya tidak berniat untuk
memohon ampun.” Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya doa
yang paling utama adalah doa yang keluar dari hati yang bersungguh-sungguh dan
tekun. Itulah doa yang didengar dan diijabah, walaupun doanya sedikit.” (HR.
al-Hakim)
Oleh karena itu, istighafar bukanlah hanya
sekedar melafalkan “Astaghfirullah”, tetapi juga disertai dengan
ketundukan hati meminta ampunan pada Yang Maha Pengampun, menyesali segala dosa
dalam lisan dan hati dengan penuh kesadaran dan
keikhlasan. Selalu berusaha dan memiliki tekad yang kuat agar tidak
mengulangi dosa serta melakukan perbaikan dan kebijakan baik kepada Allah
maupun kepada sesama.
Disamping itu, istighfar merupakan bentuk
ketaatan kepada Allah sehingga dapat memudahkan rezeki dan membukakan jalan
keluar dari setiap masalah dan kesulitan. Rasulullah SAW bersabda: “Barang
siapa yang memperbanyak istighfar, niscaya Allah akan melapangkan setiap
kesusahannya, memberi jalan keluar pada setiap kesukarannya dan memberinya
rezeki tanpa diduga-duga.” (HR Abu Daud dan Nasai)
Ia (istighfar) juga dapat menghindarkan kita
dari azab Allah. Dalam firman-Nya: “Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab
mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. Al-Anfal: 33)
Bagi seorang yang beriman, ia akan selalu
beristighfar dalam setiap hembusan nafas, tidak menyia-nyiakan kesempatan dan
mempergunakan detik demi detik untuk mendekatkan diri, memohon ampunan-Nya,
mengaharapkan rahmat dan kasih sayang Allah. Istighfar juga satu cara
bermunajah dan mendekatkan diri kepada Allah. Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar: