“Sesungguhnya setan itu adalah
musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu), karena Sesungguhnya setan-setan itu
hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang
menyala-nyala” (Fathiir: 6). Ayatt ini dengan jelas menjelaskan kepada
manusia apa hakikat setan. Dia adalah musuh manusia yang harus di hindari
godaannya karena tujuan mereka tidak lain mengajak manusia bersama mereka di
neraka kelak.
Namun pemahaman maksud ayat
ini beberapa orang berbeda pendapat. Sebagian orang memahami bahwa ayat ini menyuruh manusia menjadikan setan sebagai
musuh dan menyibukan diri untuk memeranginya dan akhirnya melupakan kecintaan
kepada Allah SWT. Sebagian yang lainnya memahami maksud ayat adalah untuk
menjadikan setan sebagai musuh dan Allah SWT sebagai kekasihnya, maka dia akan
menyibukan diri dengan kecintaan kepada-Nya dan memusuhi secukupnya. Memerangi
musuh yang sebenarnya adalah dengan menyibukan diri dengan kecintaan kepada-Nya
karena jika menyibukan diri dengan memerangi musuh maka akan kehilangan
kecintaan yang sebenarnya dan musuh akan mendapat apa yang mereka mau.
Setan selalu menjadikan
manusia teman baik bagi siapa yang mau “berteman” dan menghinakan diri. Mereka
selalu membuat makar-makar untuk menjebak manusia walaupun sejatinya makar
mereka lemah, “Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” Cara
untuk menghindari godaannya dengan tawakal dan beriman sesuai dengan firman
Allah SWT, “Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaan-Nya atas orang-orang
yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.”
Manusia yang menjadi pengikut
setan berarti dia menghinakan dirinya di hadapan Allah. Padahal Allah
memberikan derajat yang tinggi kepada manusia. Pada saat awal diciptakan
manusia pertama yaitu Nabi Adam, Allah menyuruh malaikat dan seisi langit
bersujud kepada Adam termasuk setan karena dia salah satu penghuni langit.
Kedudukan yang tinggi ini patutnya disyukuri dengan menjaga kehormatan agar
tidak terjerumus jebakan setan dan menjadi hamba yang hina.
Tidak hanya sebatas itu saja,
Allah menjadikan manusia sebagai khalifah-Nya di bumi. “Dan (ingatlah)
ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat “Aku akan menjadikan khalifah di
bumi.” Arti khlaifah seperti yang diungkapkan zamakhsari dalam kitabnya al-Kasyaf
adalah orang yang menggantiakn
posisi orang lain. maksud ayat tersebut adalah Allah akan menjadikan manusia
khalifah (wakil) Nya di bumi. Hal senada pun diungkapkan Jalalain (Jalaludin
al-Mahaly dan Jalaludin al-Suyuthi) dalam tafsirnya.
Disinilah setan membisikan
rayuan dengan menjadikan manusia budak dunia. Membujuk manusia untuk mencintai
dunia dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta. Melupakan hak dan kewajiban
setiap manusia terhadap hak dan kewajiban orang lain. walaupun manusia khalifah
Allah di bumi tapi dia bukan Tuhan dan tidak akan sampai pada derajat itu dan
bisa berbuat sekehendak hati. Ada batasan-batasan seorang manusia dan dibatasi
antara hak dan kewajiban satu dengan yang lainnya. Hendaknya seseorang menyeru
kepada kebaikan, menyuruh berbuat makruf dan mencegah kemungkaran sesuai firman
Allah SWT “Dan hendaklah seorang diantara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kepada kebajikan dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka
itulah orang yang beruntung.”
Beberapa kemulian yang Allah
berikan kepada manusia inilah yang
membuat kedengkian setan. Ditambah sifat sombong yang ada di dalam setan
membuat dia menolak bersujud kepada Adam. Penolakan tersebut yang menyebabkan
Allah mengeluarkannya dari surga dan mendapat laknat-Nya. Sejak saat itulah dia
berjanji akan menggoda manusia sampai hari akhir dan menjadikannya teman di
neraka.
Lalu untuk apa Allah SWT
menciptakan setan kalau hanya bertugas menggoda manusia? Apa tidak sebaiknya
setan tidak diciptakan sehingga manusia taat kepada Allah tanpa ada yang
berbuat maksiat? Kenapa Allah menciptakan sifat sombong pada diri setan yang
menyebabkan dia menolak bersujud kepada Adam karena merasa dirinya yang
tercipta dari api lebih mulia daripada manusia yang tercipta dari tanah?
Beberapa pertanyaan ini mungkin
pernah terbersit dalam benak. Jawabannya karena Allah SWT Sang Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Allah tidak akan menciptakan sesuatu yang sia-sia tanpa ada
hikmah di baliknya. Firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran: 191
Hanya saja manusia cepat menyimpulkan sesuatu
yang mana dia tidak mengetahui apa-apa. Manusia memang dikaruniai Allah SWT
akal sehat, namun Akal sehat manusia terlalu pendek untuk memikirkan ciptaan
dan hikmah yang terkandung dalam ciptaan-Nya. Banyak hikmah yang manusia tidak
mengetahui salah satunya sebagai contoh adalah hikmah penciptaan setan.
Beberapa hikmah yang
dituturkan Athaillah dalam bukunya al-Hikam yang kemudian di syarh oleh
‘Ajibah al-Husaini:
Pertama, hakikat manusia
sebagai hamba Allah adalah lemah. Sesuai dengan keimanan manusia yang bertambah
dengan taat dan berkurang dengan maksiat. Maka, ketika musuh datang yaitu setan
dia akan mencari pertolongan kepada yang Maha Kuat yakni Allah SWT sehingga
seorang hamba akan selalu dekan dengan Tuhannya.
Kedua, menjadikan setan
sebagai hujat kepada hambanya ketika manusia mengikuti bujuk rayunya dan
akhirnya terjerumus ke dalam neraka. Tidak ada yang bisa menolongnya kecuali
amal yang dilakukakan dan amalnya inilah menjadi saksi.
Ketiga, keberadan setan dan
tugasnya menggoda manusia diumpakan sebagai sapu tangan. Sapu tangan inilah
yang menghapus kejelekan, nafsu dan kecintaan terhadap dunia bagi siapa yang
mengetahui hakikat setan sebagai manusia dan menjembatani diri.
Keempat, memunculkan
keistimewaan dari dalam manusia di hadapan Allah SWT karena usahanya melawan
dan menghindari makarnya setan. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar: