Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari
Sahabat Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlaq-akhlaq yang mulia”. Pada dasarnya Islam terdiri dari tiga
pondasi utama yaitu aqidah, syariat, dan akhlaq. Ketiganya harus ada pada diri
setiap orang yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang muslim yang beriman.
Seorang muslim yang baik dituntut untuk tidak hanya baik
dalam hal ibadah kepada Allah, namun ia juga dibebani untuk berbuat baik kepada
semua makhluq yang ada di sekitarnya. Hubungan horizontal (dengan makhluq) dan
vertikal (dengan Sang Kholiq) harus seimbang.
Jika beribadah dilakukan pada waktu-waktu tertentu dan
terkadang dapat ditinggalkan lalu diganti pada waktu yang lain jika ada udzur
syar’i. maka beda halnya dengan berakhlaq. Ia harus dilakukan kapan saja dan
dimana saja dan tidak boleh ditinggalkan dengan alasan apapun juga. Karena
hampir sebagian besar waktu manusia digunakan untuk berinteraksi sosial satu
sama lain. Saat itulah peran akhlaqul karimah dibutuhkan.
Kebanyakan manusia menilai sebuah agama berdasarkan prilaku
dan tindakan yang dilakukan oleh pemeluknya. Oleh karena itu kita berkewajiban
untuk mendidik dan membina anak-anak kita dan keluarga kita agar bisa berakhlaq
dengan akhlaq yang baik. Sehingga kita bisa berkontribusi pada agama kita
dengan menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa inilah Islam, yang mengajarkan
kepada kami untuk berakhlaqul karimah kepada semua orang, karena kami adalah
umat yang diturunkan sebagai umat penyebar kedamaian di muka bumi ini.
Nabi Muhammad yang didalam al-Quran Allah katakan sebagai
makhluq yang paling mulia akhlaqnya (Q.S al-Qalam: 4) masih meminta kepada
Allah agar diberikan akhlaq yang baik dengan melantunkan doa kepada-Nya: “Ya
Allah sebagaimana Engkau telah menciptakanku dengan bentuk yang sempurna maka
perbaikilah akhlaqku”. Jika beliau SAW saja meminta seperti itu, maka sudah
sepantasnya bagi kita yang masih jauh derajatnya disbanding beliau untuk
meminta apa yang beliau minta. Karena sebaik-baik pemberian yang Allah berikan
kepada kita adalah akhlaq yang baik.
Dengan berakhlaq yang mulia, seorang muslim bisa mencapai
derajat para ahli ibadah yang beribadah kepada Allah siang dan malam, yang
selalu berpuasa dan selalu memohon ampunan kepada Allah di waktu malam
menjelang fajar. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya seorang muslim yang
ibadahnya sedang-sedang saja, akan dapat mencapai dan menyamai derajat
orang-orang yang selalu berpuasa dan selau melantunkan ayat suci al-Quran
dengan akhlaqnya yang mulia dan kebiasaanya yang baik” (HR. Ahmad dan
Thabrani).
Akhlaq yang baik adalah kunci sukses terbentuknya sebuah
masyarakat yang baik. Karena jika individu-individu yang ada dalam sebuah
masyarakat sebagian besar berakhlaq mulia, maka sudah bisa dipastikan aka nada
kerjasama yang baik antar individu. Saling tolong menolong dalam kebaikan akan
terjadi dimana-mana dan dengan begitu, maka rahmat Allah akan turun pada
masyarakat tersebut.
Begitu pentingnya masalah akhlaq ini, sampai-sampai
Rasulullah pun tidak hanya meminta untuk diberikan akhlaq yang baik kepada
Allah, tapi ia juga meminta kepadanya agar dijauhkan dari akhlaq yang buruk
dengan doa yang selalu ia lantunkan “Ya Allah aku berlindung pada-Mu dari berbagai
kemungkaran akhlaq, amal, hawa nafsu dan juga segala penyakit” (HR. Tirmidzi
dan Thabrani).
Dalam kehidupan sehar-hari dan berinteraksi sosial dengan
masyarakat, kita hendaknya mengutamakan dan selalu menggunakan akhlaq yang
baik. Karena jika tidak, maka bisa-bisa kita terjerumus dan masuk dalam
golongan orang-orang yang merugi di akherat. Ibadah kita mungkin baik, namun
jika hal itu tidak dibarengi dengan akhlaq yang baik maka kita bisa menjadi
orang yang bangkrut kelak di akhirat nanti.
Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabatnya pada
suatu hari "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para
sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang
yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya
umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat,
puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh berzina, dan makan
harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu,
pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga
pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi.
Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk
dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.
(HR. Muslim dan Tirmidzi)
Dengan berakhlaq mulia, kita bisa mendapatkan keuntungan.
Pertama, kita akan disukai dan dicintai oleh banyak orang, karena setiap
manusia pasti suka dengan orang-orang yang berakhlaq mulia. Kedua, kita bisa
ikut berperan menyebarkan nilai-nilai islam yang lurus yang sangat menjunjung
budi pekerti yang luhur. Ketiga, kita bisa menjadi orang yang paling dicintai
oleh Rasulullah SAW dan menjadi orang yang paling dekat kedudukannya kelak di hari
kiamat. Rasulullah SAW bersabda:"Sesungguhnya di antara orang yang paling
aku cintai dan yang tempat duduknya lebih dekat kepadaku pada hari kiamat ialah
orang yang akhlaknya paling bagus. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci
dan paling jauh tempat duduknya dariku pada hari kiamat ialah orang yang paling
banyak bicara (kata-kata tidak bermanfaat dan memperolok manusia)." Para
shahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling banyak
bicara itu?" Nabi menjawab: "Yaitu orang-orang yang sombong."
(HR. Tirmidzi)
Jika kita ingin berakhlaq mulia, maka tirulah akhlaq
Rasulullah SAW yang sudah mendapat pengakuan dari Allah SWT sebagai makhluq
yang paling mulia akhlaqnya, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat al-Qalam,
“Dan Sungguh engkau (Wahai Muhammad) mempunyai budi pekerti yang sangat mulia”
(al-Qalam; 4). Beliau adalah sebaik-baik contoh dalam hal ini bagi kita semua
yang ingin berakhlaq mulia. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.” (al-Ahzab: 21)
Tidak ada komentar: