Doc. Seminar Spesial Kemerdekaan IKPM Cabang Kairo
Sejarah kata intelek dalam falsafah pondok modern berasal dari pada abad ke-20, pendidikan Islam pesantren di Indonesia hanya mengajarkan ilmu Syari’ah Islamiyah yang mana timbulah dikotomi bahwasanya ulama dalam Islam hanyalah mereka yang mengetahui tentang ilmu Syari’ah Islamiyah saja. Sedangkan lembaga pendidikan hanya mengajarkan ilmu umum saja. Atas dasar inilah yang memberikan inspirasi bagi trimurti untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan pada santri-santrinya ilmu pengetahuan yang basisnya bahasa Arab.
Ketika kita mengenyam pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor kita diberi kail yang berupa ilmu untuk menjadi ulama, dan diberi kail untuk memancing ilmu supaya menjadi intelektual. Pendidikan intelektual di gontor tidak hanya diajarkan di dalam kelas, tetapi juga kegiatan-kegiatan yang berupa muhadoroh dan pramuka.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh ulama? Tugas utama seorang ulama adalah menjalankan syari’ah, mengamalkan akidah dalam bentuk akhlak, dan menegakan Islam dari segala aspek kehidupanya dalam ayat al-Qur’an disebutkan bahwa “Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama” (Al-fatir 28).
Sedangkan tugas intelektual seorang ulama adalah:
1.Mengkaji emikiran-pemikiran yang berkaitan dengan problem-problem sosial di dalam Islam
2. Menjelaskan masalah keagamaan kepada masyarakat yang bersumber pada akidah, akhlak, syari’ah
3. Mempunyai tangguang jawab
menghidupkan syiar Islam
4. Mempertahankan hak-hak umat dan kepentingan umat
5. Berjuang menghadapi orang-orang yang memusuhi Islam
Dr.Hamid Fahmi Zarkasyi juga menekankan lagi bahwa ‘’Jangan sampai jadi intelek yang tahu agama, artinya janganlah belajar ilmu politik lalu agama hanya mengerti sedikit, begitu ditanya agama tidak mengerti."
Kata ulama yang intelek dalam pengertian ini adalah ulama yang mengerti problematika, memahami aspek-aspek keumatan, bisa membaca situasi sosial politik dan ekonomi, serta memberi solusi yang kembali pada al-qur’an dan sunnah.
Akhir kata, beliau berharap agar mahasiswa Indonesia yang berada di Mesir dapat memahami lebih lanjut makna ulama yang intelek sehingga ketika pulang ke Indonesia tidak membawa ilmu yang sia-sia.
Rep: Haya
Tidak ada komentar: